Terimakasih telah mengunjungi halaman ENVERITA.COM, kami sangat menghargai waktu anda dan berharap anda menemukan apa yang anda cari. Jangan ragu untuk menghubungi kami jika ada pertanyaan atau kebutuhan lebih lanjut.
Dalam kehidupan sehari-hari, urusan keuangan sering terasa seperti perlombaan. Siapa yang lebih cepat punya rumah, siapa yang bisa beli mobil baru lebih dulu, atau siapa yang posting liburan ke luar negeri tiap akhir tahun. Tapi dalam bab ke-19 buku The Psychology of Money karya Morgan Housel yang berjudul Bersama-sama Sekarang, kita diajak berhenti sejenak—dan melihat keuangan dari sudut pandang yang jauh lebih manusiawi.
Uang Itu Sosial, Bukan Sekadar Matematika
Seringkali, kita mengira keuangan adalah soal hitung-hitungan: pemasukan, pengeluaran, bunga, return investasi. Padahal, menurut Housel, uang itu sangat sosial. Setiap keputusan finansial yang kita buat—baik itu membeli rumah, memilih pekerjaan, atau sekadar menabung—tidak pernah terjadi dalam ruang kosong. Selalu ada pengaruh dari lingkungan sekitar.
Kita dipengaruhi oleh bagaimana orang lain hidup. Kita melihat apa yang mereka miliki, bagaimana mereka membelanjakan uangnya, dan tanpa sadar merasa harus mengikuti. Inilah jebakan umum yang membuat kita salah arah: membandingkan diri dengan standar yang bukan milik kita.
Hidup Orang Lain, Tujuan Kita?
Pernah merasa minder karena teman lama pamer mobil barunya di Instagram? Atau merasa tertinggal karena tetangga yang baru pindah sudah renovasi rumah besar-besaran?
Ini adalah bentuk comparison trap—jebakan perbandingan. Kita melihat hasil akhir orang lain, tapi tidak melihat prosesnya. Bisa jadi mereka bekerja di industri yang berbeda, memiliki latar belakang keluarga yang menunjang, atau bahkan berutang besar untuk pencapaian itu. Dan yang paling penting: mereka punya tujuan hidup yang berbeda dengan kita.
Housel menekankan bahwa tidak semua keputusan finansial harus tampak rasional menurut standar orang lain. Kadang, seseorang menabung besar-besaran karena itu membuatnya merasa aman. Sementara yang lain merasa lebih bahagia berinvestasi ke bisnis atau pengalaman. Tidak ada satu formula mutlak yang benar untuk semua orang.
Keuangan Itu Bukan Perlombaan
Salah satu pesan paling bijak dari bab ini adalah: keuangan bukan tentang siapa yang paling cepat kaya, melainkan siapa yang bisa bertahan dan tetap tenang dalam perjalanannya. Housel menyarankan kita untuk berhenti memaksakan hidup mengikuti tempo orang lain. Fokuslah pada rencana dan ritme kita sendiri.
Misalnya, jika menabung rutin setiap bulan membuat kita tidur lebih nyenyak dibanding investasi agresif yang naik-turun, maka itulah yang terbaik buat kita. Tidak perlu merasa kalah hanya karena pendekatan orang lain lebih “berani”.
Kita Tidak Hidup Sendirian
Selain soal perbandingan, Housel juga mengingatkan bahwa kondisi finansial kita tidak berdiri sendiri. Ekonomi global, keputusan politik, kondisi pasar, dan bahkan pandemi, semua bisa memengaruhi dompet kita. Karena itu, penting untuk membangun fleksibilitas dan kesiapan mental.
Rencana keuangan yang terlalu kaku bisa membuat kita mudah stres ketika hal-hal di luar kendali terjadi. Sebaliknya, pendekatan yang adaptif—yang bisa menyesuaikan dengan keadaan—akan lebih membantu kita bertahan dalam jangka panjang.
Menjadi Bijak di Tengah Keramaian
Pelajaran terbesar dari bab Bersama-sama Sekarang adalah bahwa keputusan finansial adalah refleksi dari nilai dan prioritas pribadi, bukan hasil meniru orang lain. Dan dalam dunia yang terhubung seperti sekarang, di mana informasi dan pencapaian orang lain bisa dilihat hanya dengan scroll layar, penting sekali untuk pause sejenak dan bertanya:
"Apakah saya melakukan ini karena memang saya butuh, atau karena saya merasa harus?"
Kita tidak perlu menjadi yang paling sukses menurut standar media sosial. Kita hanya perlu menjadi cukup menurut standar hidup kita sendiri.
Buat Standar Sendiri, Bukan Meniru Dunia
Dalam dunia yang sering memuja glamor dan kecepatan, Bersama-sama Sekarang mengajak kita untuk lebih sadar dan tenang dalam urusan uang. Kita tidak harus mengejar yang orang lain miliki. Kita cukup menata keuangan sesuai kebutuhan, kemampuan, dan kenyamanan kita sendiri.
Uang seharusnya mendukung kehidupan yang ingin kita jalani, bukan justru menjadi beban karena terus membandingkan diri.
Jadi, mari kita berhenti melihat ke kanan dan kiri terlalu sering. Fokuslah ke depan—jalan yang kita pilih sendiri. Karena pada akhirnya, bahagia bukan soal lebih kaya, tapi soal lebih damai dalam menjalani hidup.